Pendahuluan
Hawa nafsu adalah fitrah yang Allah ﷻ tanamkan dalam diri manusia. Namun, jika tidak dikendalikan dengan iman dan ilmu, nafsu bisa menjerumuskan seseorang ke dalam kehinaan. Pemuda, dengan segala gejolak semangat dan keinginan yang membara, sangat membutuhkan kebijaksanaan dalam mengelola hawa nafsunya. Mengendalikan nafsu bukan berarti mematikannya, tetapi menundukkannya agar berjalan di bawah kendali iman dan syariat.
Bahaya Hawa Nafsu yang Tidak Terkendali
Allah ﷻ memperingatkan manusia tentang bahayanya mengikuti hawa nafsu dalam firman-Nya:
أَفَرَأَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ إِلَٰهَهُ هَوَاهُ وَأَضَلَّهُ اللَّهُ عَلَىٰ عِلْمٍ
Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya dan Allah membiarkannya sesat berdasarkan ilmu-Nya (Al-Jatsiyah: 23).
Ayat ini menggambarkan betapa berbahayanya ketika seseorang menjadikan hawa nafsu sebagai pengendali hidupnya. Ia tidak lagi tunduk kepada aturan Allah ﷻ, tetapi mengikuti keinginan diri. Pemuda yang dikendalikan hawa nafsu akan mudah tergoda oleh syahwat, kemalasan, dan ambisi duniawi yang menipu.
Ciri Pemuda yang Dikuasai Nafsu
Pemuda yang tidak mampu mengendalikan nafsu biasanya memiliki tanda-tanda berikut:
-
Mudah marah dan mengikuti emosi tanpa berpikir.
-
Menyukai hal-hal instan dan enggan bersabar.
-
Terjerumus dalam maksiat karena tidak mampu menahan keinginan.
-
Lebih mementingkan kesenangan dunia daripada ketaatan kepada Allah ﷻ.
Rasulullah ﷺ bersabda:
لَيْسَ الشَّدِيدُ بِالصُّرَعَةِ، إِنَّمَا الشَّدِيدُ الَّذِي يَمْلِكُ نَفْسَهُ عِنْدَ الْغَضَبِ
Bukanlah orang kuat itu yang pandai bergulat, tetapi orang kuat adalah yang mampu menahan dirinya ketika marah (HR. Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah رضي الله عنه).
Pemuda yang mampu menahan amarahnya berarti ia telah menaklukkan nafsu, bukan ditaklukkan oleh nafsu.
Mengelola Hawa Nafsu dengan Iman dan Ilmu
1. Menundukkan Nafsu dengan Taqwa
Allah ﷻ berfirman:
وَأَمَّا مَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ وَنَهَى النَّفْسَ عَنِ الْهَوَىٰ فَإِنَّ الْجَنَّةَ هِيَ الْمَأْوَىٰ
Dan adapun orang yang takut akan kedudukan Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka sungguh surgalah tempat tinggalnya (An-Nazi‘at: 40–41).
Ayat ini menjadi motivasi bagi setiap pemuda agar menahan diri dari keinginan yang dilarang. Ketaatan dan rasa takut kepada Allah ﷻ adalah benteng paling kokoh untuk menundukkan hawa nafsu.
2. Melatih Diri dengan Puasa dan Ibadah Sunnah
Puasa adalah sarana efektif untuk melatih kesabaran dan mengendalikan hawa nafsu. Rasulullah ﷺ bersabda:
يَا مَعْشَرَ الشَّبَابِ مَنِ اسْتَطَاعَ مِنْكُمُ الْبَاءَةَ فَلْيَتَزَوَّجْ، فَإِنَّهُ أَغَضُّ لِلْبَصَرِ، وَأَحْصَنُ لِلْفَرْجِ، وَمَنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَعَلَيْهِ بِالصَّوْمِ فَإِنَّهُ لَهُ وِجَاءٌ
Wahai para pemuda, barang siapa di antara kalian mampu menikah, maka menikahlah, karena itu lebih menundukkan pandangan dan menjaga kemaluan. Dan barang siapa belum mampu, maka hendaklah ia berpuasa, karena puasa itu menjadi perisai baginya (HR. Bukhari dan Muslim dari Abdullah bin Mas’ud رضي الله عنه).
Puasa mendidik pemuda agar menahan diri dari keinginan yang tidak halal dan menjaga kemurnian jiwanya.
3. Memperbanyak Dzikir dan Tadabbur Al-Qur’an
Hati yang senantiasa berdzikir akan menjadi tenang dan jauh dari godaan syahwat. Allah ﷻ berfirman:
الَّذِينَ آمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُم بِذِكْرِ اللَّهِ ۗ أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ
Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram (Ar-Ra‘d: 28).
Al-Qur’an dan dzikir adalah sumber kekuatan spiritual yang menjaga hati pemuda dari dominasi hawa nafsu.
4. Menjauhi Lingkungan yang Buruk
Lingkungan berperan besar dalam pembentukan karakter dan kendali diri. Pemuda yang bergaul dengan orang shalih akan terbawa pada kebaikan, sedangkan yang bergaul dengan pelaku maksiat akan mudah terbawa pada kesesatan. Rasulullah ﷺ bersabda:
الْمَرْءُ عَلَى دِينِ خَلِيلِهِ، فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلُ
Seseorang tergantung pada agama teman dekatnya, maka hendaklah salah seorang dari kalian melihat dengan siapa ia berteman (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi dari Abu Hurairah رضي الله عنه, dinyatakan hasan oleh Syaikh Al-Albani).
5. Menyibukkan Diri dengan Kegiatan Positif
Pemuda yang sibuk dengan amal shalih, ilmu, olahraga, dan kegiatan bermanfaat akan lebih mudah mengendalikan nafsu. Waktu kosong adalah ladang subur bagi setan untuk menanam godaan.
Rasulullah ﷺ bersabda:
نِعْمَتَانِ مَغْبُونٌ فِيهِمَا كَثِيرٌ مِنَ النَّاسِ: الصِّحَّةُ وَالْفَرَاغُ
Dua kenikmatan yang banyak manusia tertipu di dalamnya: kesehatan dan waktu luang (HR. Bukhari dari Ibnu Abbas رضي الله عنهما).
Gunakan waktu muda untuk kegiatan yang mendekatkan diri kepada Allah ﷻ.
Teladan Pemuda yang Mengendalikan Nafsu
Salah satu contoh terbaik adalah Yusuf عليه السلام. Ia diuji dengan godaan wanita cantik, tetapi ia menolak karena takut kepada Allah ﷻ.
قَالَ مَعَاذَ اللَّهِ إِنَّهُ رَبِّي أَحْسَنَ مَثْوَايَ ۖ إِنَّهُ لَا يُفْلِحُ الظَّالِمُونَ
Yusuf berkata: “Aku berlindung kepada Allah! Sesungguhnya tuanku telah memperlakukanku dengan baik. Sungguh, orang-orang zalim itu tidak akan beruntung” (Yusuf: 23).
Keteguhan Yusuf عليه السلام menjadi pelajaran bagi para pemuda untuk selalu menjaga diri meski dalam kondisi yang menggoda.
Penutup
Pemuda yang bijak adalah pemuda yang mampu menundukkan hawa nafsunya dengan iman dan ilmu. Ia sadar bahwa kenikmatan sejati bukan pada mengikuti syahwat, tetapi dalam ketaatan kepada Allah ﷻ.
Rasulullah ﷺ bersabda tentang tujuh golongan yang mendapat naungan Allah pada hari kiamat, salah satunya:
وَرَجُلٌ دَعَتْهُ امْرَأَةٌ ذَاتُ مَنْصِبٍ وَجَمَالٍ فَقَالَ إِنِّي أَخَافُ اللَّهَ
Seorang lelaki yang diajak berzina oleh wanita yang cantik dan berkedudukan tinggi, lalu ia berkata: “Aku takut kepada Allah” (HR. Bukhari dan Muslim).
Kendalikan hawa nafsu sebelum ia mengendalikanmu. Karena kemenangan sejati bukanlah menguasai dunia, melainkan menguasai diri sendiri di hadapan Allah ﷻ.
Penulis : Ustadz Kurnia Lirahmat, B.A., Lc
![]() |
|


