Pendahuluan
Pendidikan anak bukan sekadar mentransfer ilmu, tetapi membentuk kepribadian dan menanamkan nilai-nilai kehidupan. Dalam Islam, mendidik anak harus dilandasi dengan cinta dan keteladanan, karena hati anak tidak bisa disentuh dengan kekerasan, melainkan dengan kasih sayang dan contoh nyata dari orang tuanya. Rasulullah ﷺ adalah teladan sempurna dalam hal ini—beliau mendidik umatnya dengan kelembutan, bukan dengan kemarahan.
Cinta Sebagai Dasar Pendidikan
Kasih sayang adalah fondasi dalam mendidik anak. Tanpa cinta, pendidikan menjadi dingin dan menakutkan. Rasulullah ﷺ mencontohkan kasih yang luar biasa kepada anak-anak. Dalam sebuah riwayat disebutkan, beliau ﷺ mencium cucunya Hasan bin Ali رضي الله عنهما, lalu seorang sahabat berkata, “Aku punya sepuluh anak dan tidak pernah mencium satu pun dari mereka.” Maka Rasulullah ﷺ bersabda:
مَنْ لَا يَرْحَمْ لَا يُرْحَمْ
“Barang siapa tidak menyayangi, maka ia tidak akan disayangi.” (HR. Al-Bukhārī dan Muslim)
Kelembutan orang tua akan menumbuhkan rasa aman dan kepercayaan dalam diri anak, sehingga mereka lebih mudah menerima nasihat dan arahan.
Keteladanan Lebih Kuat dari Seribu Nasihat
Anak-anak belajar lebih banyak dari apa yang mereka lihat dibandingkan apa yang mereka dengar. Oleh karena itu, keteladanan menjadi metode pendidikan yang paling efektif. Allah ﷻ berfirman:
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu.” (Al-Aḥzāb: 21)
Jika Rasulullah ﷺ menjadi teladan bagi umatnya, maka orang tua adalah teladan utama bagi anak-anaknya. Mereka akan meniru cara bicara, kebiasaan, dan bahkan sikap orang tuanya dalam menghadapi masalah.
Mengajarkan dengan Lembut dan Bijak
Rasulullah ﷺ tidak pernah mendidik dengan kekerasan. Beliau ﷺ menegur dengan cara yang lembut dan penuh hikmah. Ketika seorang anak kecil kencing di masjid, para sahabat marah, tetapi Rasulullah ﷺ bersabda:
دَعُوهُ، وَلَا تُزْرِمُوهُ، ثُمَّ دَعَا بِمَاءٍ فَصَبَّهُ عَلَيْهِ
“Biarkan dia dan jangan ganggu dia, lalu beliau memerintahkan untuk menuangkan air di tempat itu.” (HR. Al-Bukhārī dan Muslim dari Anas bin Mālik رضي الله عنه)
Dari peristiwa ini, Rasulullah ﷺ mengajarkan bahwa kesalahan anak harus disikapi dengan sabar, bukan amarah.
Menghargai Perasaan Anak
Anak-anak adalah manusia kecil yang memiliki hati dan perasaan. Rasulullah ﷺ selalu menghargai mereka dan tidak pernah meremehkan. Beliau ﷺ sering memangku, berbicara dengan lembut, dan bahkan bercanda dengan mereka. Dalam sebuah hadits disebutkan:
إِنَّهُ لَيُقِيمُنِي فِي الصَّلَاةِ، فَيَطُولُ فِيهَا، فَأَسْمَعُ بُكَاءَ الصَّبِيِّ، فَأُخَفِّفُ مِنْهَا مَخَافَةَ أَنْ أَشُقَّ عَلَى أُمِّهِ
“Ketika aku berdiri dalam shalat dan mendengar tangisan anak kecil, aku mempercepat shalatku karena aku khawatir memberatkan ibunya.” (HR. Al-Bukhārī dari Anas bin Mālik رضي الله عنه)
Betapa lembutnya hati Rasulullah ﷺ hingga dalam ibadah pun beliau memperhatikan perasaan seorang ibu dan anaknya.
Mendidik dengan Doa dan Harapan
Selain cinta dan teladan, doa adalah senjata paling kuat dalam pendidikan anak. Para nabi mencontohkan pentingnya berdoa untuk anak-anak mereka. Nabi Ibrahim عليه السلام berdoa:
رَبِّ اجْعَلْنِي مُقِيمَ الصَّلَاةِ وَمِن ذُرِّيَّتِي رَبَّنَا وَتَقَبَّلْ دُعَاءِ
“Ya Rabbku, jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap melaksanakan shalat. Ya Rabb kami, perkenankanlah doaku.” (Ibrāhīm: 40)
Doa yang disertai usaha mendidik dengan cinta akan membuka pintu hidayah bagi anak-anak.
Penutup
Mendidik anak dengan cinta dan keteladanan adalah jalan Rasulullah ﷺ dalam membentuk generasi beriman. Cinta menumbuhkan kedekatan hati, sementara keteladanan menanamkan nilai secara nyata. Jadikan rumah tempat tumbuhnya kasih sayang, adab, dan doa, agar anak-anak menjadi generasi yang lembut hatinya, kuat imannya, dan tinggi akhlaknya.
Penulis : Ustadz Kurnia Lirahmat, B.A., Lc
![]() |
|


