Pendahuluan
Dalam kehidupan rumah tangga, kesalahan adalah hal yang tidak bisa dihindari. Dua manusia yang berbeda karakter pasti pernah berselisih, salah paham, atau saling melukai hati. Namun, yang membedakan keluarga yang kuat dengan yang rapuh adalah kemampuan untuk meminta maaf dan memaafkan dengan hati yang tulus. Islam mengajarkan bahwa memaafkan bukan tanda kelemahan, tetapi bukti kedewasaan iman.
Meminta Maaf adalah Cermin Kerendahan Hati
Orang yang berani mengakui kesalahannya dan meminta maaf bukan orang yang kalah, melainkan orang yang menang atas hawa nafsunya. Rasulullah ﷺ bersabda:
مَا نَقَصَتْ صَدَقَةٌ مِنْ مَالٍ، وَمَا زَادَ اللَّهُ عَبْدًا بِعَفْوٍ إِلَّا عِزًّا، وَمَا تَوَاضَعَ أَحَدٌ لِلَّهِ إِلَّا رَفَعَهُ اللَّهُ
“Tidaklah sedekah mengurangi harta, tidaklah Allah menambah kepada seorang hamba karena memaafkan kecuali kemuliaan, dan tidaklah seseorang merendahkan diri karena Allah kecuali Allah akan meninggikannya.” (HR. Muslim dari Abu Hurairah رضي الله عنه)
Meminta maaf dengan tulus menunjukkan keikhlasan hati dan kesungguhan untuk memperbaiki diri.
Memaafkan Adalah Akhlak Mulia
Allah ﷻ berfirman:
وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ ۗ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ
“(Yaitu) orang-orang yang menahan amarah dan memaafkan (kesalahan) orang lain. Dan Allah mencintai orang-orang yang berbuat kebaikan.” (Āli ‘Imrān: 134)
Ayat ini mengajarkan bahwa menahan amarah dan memaafkan bukan hanya perbuatan baik secara sosial, tapi juga ibadah yang dicintai Allah ﷻ.
Rasulullah ﷺ Teladan Dalam Memaafkan
Rasulullah ﷺ adalah sosok yang paling pemaaf, bahkan terhadap orang-orang yang pernah menyakitinya. Ketika beliau ﷺ menaklukkan Makkah dan para musuhnya tunduk, beliau berkata:
اذْهَبُوا فَأَنْتُمُ الطُّلَقَاءُ
“Pergilah, kalian semua bebas.” (HR. Al-Bayhaqī, dinyatakan hasan oleh Syaikh Al-Albani)
Padahal, mereka adalah orang-orang yang dahulu mengusir dan menyakiti beliau ﷺ. Namun, Rasulullah ﷺ memaafkan mereka dengan hati lapang, menunjukkan akhlak yang agung.
Hikmah dari Meminta Maaf dan Memaafkan
-
Melembutkan hati dan memperbaiki hubungan.
Permintaan maaf yang tulus dapat mencairkan kebekuan hati dan mengembalikan kehangatan rumah tangga. -
Menghapus dosa dan menambah pahala.
Rasulullah ﷺ bersabda:مَنْ كَظَمَ غَيْظًا وَهُوَ قَادِرٌ عَلَى أَنْ يُنْفِذَهُ، دَعَاهُ اللَّهُ عَلَى رُءُوسِ الْخَلَائِقِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ، حَتَّى يُخَيِّرَهُ مِنَ الْحُورِ الْعِينِ مَا شَاءَ
“Barang siapa menahan amarah padahal ia mampu melampiaskannya, maka Allah akan memanggilnya di hadapan makhluk pada hari kiamat, hingga ia dipersilakan memilih bidadari yang ia kehendaki.” (HR. Abu Dawud dan At-Tirmiżī, dinyatakan hasan oleh Syaikh Al-Albani)
-
Menjaga keberkahan dalam rumah tangga.
Keluarga yang terbiasa memaafkan akan dijauhkan dari pertengkaran panjang dan diselimuti ketenangan.
Cara Islami dalam Meminta Maaf dan Memaafkan
-
Segera meminta maaf tanpa menunda. Jangan menunggu waktu berlalu, karena hati bisa semakin keras.
-
Hindari pembenaran diri. Akui kesalahan tanpa membela diri.
-
Memaafkan dengan tulus. Jangan menyimpan dendam setelah mengucapkan maaf.
-
Bersihkan hati dengan doa. Doakan kebaikan bagi orang yang telah menyakiti, sebagaimana diajarkan Islam.
Penutup
Meminta maaf dan memaafkan adalah seni dalam membangun cinta dan keharmonisan. Keduanya menuntut keikhlasan, kesabaran, dan kesadaran bahwa manusia tidak luput dari salah. Dengan saling memaafkan, rumah tangga menjadi tempat yang damai, jauh dari dendam, dan penuh kasih sayang yang diridhai Allah ﷻ.
Penulis : Ustadz Kurnia Lirahmat, B.A., Lc
![]() |
|


