Pendahuluan
Tidak ada rumah tangga yang terbebas dari perbedaan pendapat. Namun, perbedaan bukan alasan untuk saling menyakiti atau merusak hubungan. Islam mengajarkan bahwa setiap konflik harus diselesaikan dengan hikmah, kesabaran, dan kelembutan hati. Dengan cara itu, rumah tangga akan tetap harmonis dan penuh keberkahan.
Pentingnya Hikmah dalam Menyelesaikan Konflik
Allah ﷻ berfirman:
ادْعُ إِلَىٰ سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik.” (An-Naḥl: 125)
Meskipun ayat ini berbicara tentang dakwah, tetapi prinsipnya berlaku luas, termasuk dalam rumah tangga. Menyelesaikan masalah dengan hikmah berarti memahami situasi, menjaga ucapan, dan menimbang dampak setiap tindakan.
Menahan Amarah dan Mengedepankan Kesabaran
Dalam setiap konflik, amarah sering menjadi sumber kehancuran hubungan. Rasulullah ﷺ bersabda:
لَيْسَ الشَّدِيدُ بِالصُّرَعَةِ، إِنَّمَا الشَّدِيدُ الَّذِي يَمْلِكُ نَفْسَهُ عِنْدَ الْغَضَبِ
“Bukanlah orang kuat itu yang pandai bergulat, tetapi orang kuat adalah yang mampu menahan dirinya ketika marah.” (HR. Al-Bukhārī dan Muslim dari Abu Hurairah رضي الله عنه)
Kesabaran bukan tanda kelemahan, melainkan kekuatan batin yang menjaga keharmonisan keluarga.
Menghindari Perdebatan yang Tidak Bermanfaat
Rasulullah ﷺ memperingatkan bahayanya berdebat yang tidak membawa manfaat. Beliau ﷺ bersabda:
أَنَا زَعِيمٌ بِبَيْتٍ فِي رَبَضِ الْجَنَّةِ لِمَنْ تَرَكَ الْمِرَاءَ وَإِنْ كَانَ مُحِقًّا
“Aku menjamin sebuah rumah di pinggiran surga bagi orang yang meninggalkan perdebatan meskipun ia benar.” (HR. Abu Dawud, dinyatakan hasan oleh Syaikh Al-Albani)
Dalam rumah tangga, terkadang yang dibutuhkan bukan siapa yang benar, tetapi siapa yang mau mengalah demi kebaikan bersama.
Mendahulukan Musyawarah dan Saling Memahami
Allah ﷻ mengajarkan prinsip musyawarah dalam urusan keluarga:
وَأْمُرْهُمْ شُورَىٰ بَيْنَهُمْ
“Dan urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah di antara mereka.” (Asy-Syūrā: 38)
Musyawarah membuka ruang dialog yang sehat antara suami dan istri. Dengan saling mendengar dan menghargai, solusi akan lebih mudah ditemukan tanpa saling menyalahkan.
Menyelesaikan Konflik dengan Lembut
Rasulullah ﷺ bersabda:
إِنَّ الرِّفْقَ لَا يَكُونُ فِي شَيْءٍ إِلَّا زَانَهُ، وَلَا يُنْزَعُ مِنْ شَيْءٍ إِلَّا شَانَهُ
“Sesungguhnya kelembutan itu tidaklah ada pada sesuatu melainkan akan memperindahnya, dan tidaklah dicabut dari sesuatu melainkan akan memperburuknya.” (HR. Muslim dari Aisyah رضي الله عنها)
Kelembutan adalah kunci penyelesaian masalah. Suami dan istri yang saling menenangkan, bukan saling meninggikan suara, akan lebih mudah mencapai perdamaian.
Melibatkan Allah ﷻ dalam Setiap Masalah
Ketika konflik tidak kunjung selesai, maka kembali kepada Allah ﷻ dengan doa dan istighfar adalah jalan terbaik. Allah ﷻ berfirman:
وَمَن يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَل لَّهُ مَخْرَجًا
“Barang siapa bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan memberikan jalan keluar baginya.” (At-Ṭalāq: 2)
Tidak ada masalah yang terlalu berat bila diserahkan kepada Allah ﷻ dengan hati yang ikhlas dan niat memperbaiki, bukan membalas.
Penutup
Konflik dalam rumah tangga adalah ujian yang harus dihadapi dengan ilmu, sabar, dan hikmah. Dengan menahan amarah, menjaga ucapan, bermusyawarah, dan memohon pertolongan kepada Allah ﷻ, maka setiap pertikaian dapat berubah menjadi ladang pahala dan sarana mempererat kasih sayang.
Penulis : Ustadz Kurnia Lirahmat, B.A., Lc
![]() |
|


