Membangun Hubungan yang Hangat dan Bermakna
Komunikasi adalah jembatan antara hati orang tua dan anak. Dalam Islam, komunikasi yang baik bukan hanya soal menyampaikan informasi, tetapi tentang menyentuh jiwa, menanamkan nilai, dan membimbing dengan kasih sayang. Rasulullah ﷺ telah memberikan teladan luar biasa bagaimana berbicara dan berinteraksi dengan anak-anak — dengan cinta, kelembutan, dan hikmah.
Anak yang dibesarkan dengan komunikasi Islami akan tumbuh sebagai pribadi yang percaya diri, menghormati orang tuanya, dan memiliki kepekaan sosial yang tinggi.
Al-Qur’an Memberi Contoh Komunikasi Pendidikan
Salah satu bentuk komunikasi efektif dalam Al-Qur’an adalah dialog antara Luqman dan anaknya, yang Allah ﷻ abadikan sebagai pelajaran sepanjang zaman:
يَا بُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللَّهِ ۖ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ
Wahai anakku, janganlah engkau mempersekutukan Allah, sesungguhnya syirik adalah kezaliman yang besar (QS. Luqman: 13)
Ungkapan يَا بُنَيَّ (wahai anakku) adalah bentuk panggilan yang lembut, penuh cinta dan perhatian. Inilah cara Islam mengajarkan orang tua untuk menyentuh hati anak terlebih dahulu, sebelum memberikan nasihat.
Prinsip Komunikasi Efektif dalam Sunnah Nabi ﷺ
1. Panggilan yang Lembut dan Memuliakan Anak
Rasulullah ﷺ memanggil anak-anak dengan nama-nama mereka, dan bahkan memberi julukan sayang seperti Abu Umair.
Dari Anas bin Malik رضي الله عنه, beliau berkata:
كَانَ النَّبِيُّ ﷺ أَحْسَنَ النَّاسِ خُلُقًا، وَكَانَ لِي أَخٌ يُقَالُ لَهُ أَبُو عُمَيْرٍ، فَكَانَ النَّبِيُّ ﷺ إِذَا جَاءَ فَقَالَ: يَا أَبَا عُمَيْرٍ، مَا فَعَلَ النُّغَيْرُ؟
Rasulullah ﷺ adalah manusia dengan akhlak terbaik. Aku punya saudara kecil bernama Abu Umair. Nabi ﷺ jika datang, berkata, “Wahai Abu Umair, apa yang dilakukan burung kecilmu (nughair)?” (HR. al-Bukhari dan Muslim)
Hadits ini menunjukkan bahwa Rasulullah ﷺ berinteraksi dengan anak-anak dengan kelembutan, humor, dan penghargaan terhadap dunia mereka.
2. Mendengar dan Tidak Memotong Pembicaraan
Rasulullah ﷺ dikenal sebagai pendengar yang sangat baik, bahkan kepada anak-anak. Ini mengajarkan bahwa orang tua harus memberi ruang bagi anak untuk berbicara, agar mereka merasa dihargai dan dipercaya.
3. Memberi Nasihat dengan Hikmah, Bukan Amarah
Nasihat yang efektif datang dari hati yang tenang, bukan dari emosi yang meluap. Rasulullah ﷺ tidak terbiasa memarahi anak-anak dengan suara tinggi atau celaan kasar, tetapi mendidik dengan keteladanan dan kelembutan.
4. Gunakan Bahasa yang Jelas dan Positif
Dalam hadits dari Ibnu Abbas رضي الله عنهما, Rasulullah ﷺ bersabda:
يَا غُلَامُ، إِنِّي أُعَلِّمُكَ كَلِمَاتٍ: احْفَظِ اللَّهَ يَحْفَظْكَ، احْفَظِ اللَّهَ تَجِدْهُ تُجَاهَكَ
Wahai anak muda, aku akan mengajarkanmu beberapa kalimat: Jagalah Allah, niscaya Allah akan menjagamu. Jagalah Allah, niscaya engkau akan mendapati-Nya di hadapanmu (HR. at-Tirmidzi no. 2516. Hadits shahih sebagaimana disahihkan oleh Syaikh Al-Albani)
Komunikasi Rasulullah ﷺ kepada anak-anak sarat dengan hikmah, kejelasan, dan makna yang dalam, tanpa membingungkan atau menyudutkan mereka.
Tips Praktis Komunikasi Islami dengan Anak
Turunkan Posisi Tubuh Saat Bicara
Tatap mata anak dengan sejajar. Ini menunjukkan bahwa kita hadir dan menghormati mereka.
Panggil dengan Nama yang Disukai
Panggilan yang indah akan menghangatkan hati anak dan membuka ruang komunikasi.
Sabar Mendengar Cerita Mereka
Tahan untuk tidak menyela. Kadang anak tidak butuh solusi, hanya ingin didengar.
Hindari Kalimat Menghakimi
Gantilah “Kamu selalu salah!” dengan “Apa yang bisa kita perbaiki bersama?”
Gunakan Kesempatan Harian untuk Berdialog
Di meja makan, perjalanan, atau sebelum tidur — manfaatkan waktu untuk membangun ikatan dan menyisipkan nilai-nilai Islam.
✨ Penutup: Komunikasi Sunnah, Anak Bahagia dan Patuh
Anak yang sering dimarahi, diabaikan, atau dibanding-bandingkan akan menutup pintu hatinya. Sebaliknya, anak yang dibesarkan dengan komunikasi Islami — penuh cinta, sabar, dan doa — akan tumbuh sebagai anak yang lembut hatinya dan kuat karakternya.
Mari kita belajar dari Rasulullah ﷺ: berkomunikasi bukan hanya dengan kata, tapi dengan hati. Itulah kunci membangun generasi yang shalih dan berakhlak mulia.
Penulis : Ustadz Kurnia Lirahmat, B.A., Lc
![]() |
|


