Fase Kematangan Menuju Baligh dan Taklif
Usia 14 tahun ke atas adalah fase penting yang disebut dalam Islam sebagai masa taklif, yaitu saat seseorang telah dikenai tanggung jawab syariat secara penuh. Di masa ini, anak bukan lagi sekadar penerima arahan, tetapi harus mulai berperan sebagai pribadi mandiri dan bertanggung jawab atas dirinya, amalnya, dan pilihannya.
Islam tidak memandang remaja sebagai anak-anak, tapi sebagai mukallaf, yaitu orang yang harus bertanggung jawab atas amal perbuatannya di hadapan Allah ﷻ.
Allah ﷻ berfirman:
وَلَا تَزِرُ وَازِرَةٌ وِزْرَ أُخْرَىٰ ۚ وَإِن تَدْعُ مُثْقَلَةٌ إِلَىٰ حِمْلِهَا لَا يُحْمَلْ مِنْهُ شَيْءٌ
Dan seseorang tidak akan memikul beban dosa orang lain. Dan jika seseorang yang berat dosanya memanggil (orang lain) untuk memikul bebannya itu sedikit pun tidak akan dipikul, meskipun yang dipanggil itu kaum kerabatnya (QS. Fatir: 18)
Ayat ini menegaskan bahwa setiap individu bertanggung jawab atas dirinya sendiri, dan masa itu dimulai sejak anak baligh.
Pendidikan Mandiri ala Rasulullah ﷺ
Rasulullah ﷺ mendidik generasi sahabat muda dengan penuh kepercayaan. Mereka dilibatkan dalam peran-peran penting dalam masyarakat, bahkan dalam peperangan jika sudah matang fisik dan mentalnya.
Salah satu contohnya adalah Usamah bin Zaid رضي الله عنه yang diangkat menjadi panglima pasukan saat usianya belum 20 tahun. Para sahabat senior pun berada di bawah komandonya. Ini menunjukkan bahwa kepercayaan dan tanggung jawab bisa dan harus diberikan kepada pemuda yang telah baligh.
Apa Saja yang Harus Dibentuk di Usia 14 Tahun ke Atas?
1. Tanggung Jawab Pribadi dalam Ibadah
Anak harus mulai menjaga sendiri shalatnya, puasanya, tilawahnya, dan ibadah-ibadah lainnya. Peran orang tua bergeser dari mengingatkan menjadi mengawasi dari kejauhan.
2. Kemandirian dalam Keputusan dan Konsekuensi
Berikan anak kesempatan untuk memilih dan bertanggung jawab atas pilihannya. Libatkan mereka dalam keputusan rumah tangga, pendidikan, dan kegiatan sosial.
3. Pendidikan Fikih dan Hukum Syariat
Ajarkan mereka fikih dasar: wudhu, thaharah, muamalah, pergaulan lawan jenis, batas aurat, dan tanggung jawab moral. Mereka bukan lagi anak kecil yang boleh dibiarkan polos.
4. Pendampingan Emosional dan Pemikiran
Remaja butuh didengar dan dipahami, bukan hanya diarahkan. Bangun komunikasi yang terbuka dan saling menghargai. Jadilah sahabat diskusi mereka dalam urusan iman, logika, dan pilihan hidup.
5. Penanaman Visi Hidup Islam
Tanyakan: “Kamu ingin jadi apa untuk Allah ﷻ?” Bantu anak menemukan perannya dalam agama, agar tujuan hidupnya tidak sebatas dunia, tapi menuju surga dan ridha Allah ﷻ.
️ Masa Transisi: Jangan Terlalu Menekan, Jangan Juga Melepas
Orang tua sering bingung di fase ini: anak sudah besar tapi masih labil. Islam mengajarkan pendekatan seimbang antara kasih sayang, kontrol, dan kepercayaan.
Dari Ibnu Umar رضي الله عنهما, Rasulullah ﷺ bersabda:
كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ
Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap kalian akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya (HR. al-Bukhari dan Muslim)
Orang tua tetap pemimpin, tapi anak harus mulai dilatih menjadi pemimpin bagi dirinya sendiri. Jangan bebaskan tanpa arahan, jangan pula kekang tanpa ruang gerak.
✨ Penutup: Siapkan Anak untuk Dunia dan Akhiratnya
Usia remaja adalah waktu terbaik untuk membentuk jiwa pemimpin, akhlak mandiri, dan kesadaran taklif. Jangan fokus hanya pada nilai sekolah, tapi bangun karakter mukmin sejati yang siap memikul amanah agama dan tanggung jawab hidup.
Bimbing mereka dengan doa, cinta, dan keteladanan. Karena anak yang kuat imannya dan matang tanggung jawabnya, akan menjadi penyejuk hati di dunia dan pejuang kebenaran di akhirat.
Penulis : Ustadz Kurnia Lirahmat, B.A., Lc
![]() |
|


